Kata siapa menjadi seorang ibu atau menjadi seorang ibu rumah tangga itu sama dengan ‘dunia perbudakan’? Kedengarannya aneh dan agak sedikit lucu ya? Mungkin sebagian wanita karir bahkan banyak dari kalangan orang-orang yang tinggal di kota besar di era modern sekarang ini, akan memandang remeh profesi yang satu ini. Kok dibilang profesi sih?
Ini menurut pengalaman saya loh yang selama 15 tahun terakhir ini membesarkan anak-anak saya. Dan menurut pengamatan saya sendiri, bisa dibilang pekerjaan ibu rumah tangga itu adalah sebuah profesi. Nggak percaya? Coba saja anda tengok pada KTP (kartu tanda penduduk) beberapa orang wanita yang tidak bekerja di kantor yang hanya tinggal di rumah mengurusi anak-anak mereka, biasanya pada urutan pekerjaan atau profesi akan tertulis sebagai ‘Ibu Rumah Tangga’.
Dan biasanya jika seseorang bertanya kepada saya, “apa pekerjaan ibu?”. Lalu kemudian saya jawab “di rumah ngurusin anak!”, biasanya mereka hanya tersenyum. Saya sudah bisa menebak apa yang ada di dalam benak mereka. Umumnya banyak orang-orang yang menganggap remeh bahkan menganggap bahwa pekerjaan ibu rumah tangga itu bukanlah pekerjaan yang membanggakan, rendah dan setara dengan level seorang pembantu. Mengapa? ya, tentu saja karena mereka menganggap ibu rumah tangga itu tidak mempunyai penghasilan.
Terkadang saya merasa prihatin dengan keadaan sebagian kaum perempuan terutama kaum ibu di negeri ini. Banyak dari kalangan wanita-wanita terdidik yang memiliki gelar sarjana merasa malu dan merasa tidak berguna dengan menjalani profesi ibu rumah tangga selama 24 jam. Dengan alasan emansipasi kaum wanita, maka mereka lebih memilih menyerahkan pengasuhan anak-anak mereka kepada nenek atau pembantu mereka. Padahal ada sesuatu yang tanpa mereka sadari, hilang dan menimbulkan sebuah prahara baru yang ujung-ujungnya dapat kita saksikan di berbagai media seperti perkelahian remaja, kenakalan remaja, pergaulan bebas, narkotika dan masih banyak lagi.
Nah, dalam tulisan saya kali ini, saya hanya akan menyinggung tentang sisi-sisi positif dari profesi ibu rumah tangga ini. Pernahkan anda membayangkan ada sebuah pekerjaan yang tidak memiliki gaji, tanpa batasan jam kerja, tidak mendapatkan bonus, bersedia untuk stand-by untuk hal-hal bersifat darurat, mengawasi dan mengurus keperluan seseorang tanpa mengenal istirahat bahkan dalam keadaan sakit sekalipun, tidak mengenal cuti atau libur dan tidak memiliki level atau pangkat jabatan? Jawabannya tidak ada. Dan mana ada orang yang mau menekuni pekerjaan tersebut?
Itulah pekerjaan ibu rumah tangga. Ia adalah sebuah amanah yang berat dan memiliki cakupan yang tidak terbatas. Di dalamnya ada tanggung jawab yang besar sebagaimana seseorang manager atau coach yang harus menyiapkan sebuah tim yang tangguh yang dapat memperjuangkan keberhasilan sebuah misi pencapaian dalam sebuah perusahaan. Seorang ibu harus mampu mempersiapkan sebuah tim yang terdiri dari anggota yang bernama anak. Anak ini dipersiapkan menjadi seorang manusia handal dengan berbagai bakat dan keterampilan yang tangguh dan dapat menjadi pemimpin yang hebat dan sukses suatu saat nanti. Atau mempersiapkan anak menjadi manusia yang lebih manusiawi, memiliki berbagai macam kecerdasan, perilaku yang mulia, dan sebagai seorang yang sholeh. Hmm, ternyata kedengarannya hebat ya? Bukan cuma itu, seorang ibu adalah layaknya seorang sutradara, arsitek, supervisor, trainer, designer, atau apapun itu namanya. Seorang yang bekerja di balik layar tanpa butuh penghargaan tropi sekalipun. Sungguh hebat rupanya pekerjaan yang satu ini yang hanya akan ditekuni oleh kaum perempuan yang ikhlas dan sabar.
Seorang wanita seharusnya merasa bangga dengan pekerjaan ini. Bagaimana tidak, di satu sisi ia mengajarkan kekuatan, ketegaran, kebesaran jiwa, semangat, kejujuran, keberanian, ketekunan dan disiplin yang tinggi. Namun di sisi lain, ia pun mengajarkan kasih sayang, rasa cinta, kerendahan hati, kesabaran, ketulusan, lemah lembut dan perhatian. Sungguh sempurna profesi yang satu ini. Saya hanya bisa bertanya dalam hati, masih banyakkah kaum perempuan yang ikhlas menjalaninya?
Dunia pun tahu, bahwa dibalik kesuksesan seseorang pasti ada peran seorang ibu. Lihatlah para pemimpin dunia yang sukses atau para ulama yang sukses, biasanya mereka dididik dan dibesarkan oleh seorang ibu yang hebat. Terkadang saya hanya melihat ini sebagai sebuah dilema. Betapa banyak anak-anak yang ‘kehilangan’ peran ibunya. Peran ibu yang harusnya sangat dekat, digantikan oleh seorang pembantu atau pengasuh yang belum tentu mampu mengajarkan dan mengenalkan kebaikan pada anak. Ada begitu banyak anak-anak yang ‘merindukan’ kehadiran ibu mereka. Dan inilah yang hilang dalam kehidupan sekarang ini.
Ada begitu banyak rasa kekhawatiran yang muncul. Rasa pesimisme dan juga ketakutan. Emansipasi berubah menjadi sebuah arogansi pada diri kaum perempuan. Tapi kita tidak boleh berputus asa atas fenomena kehidupan seperti di atas. Selalu ada celah dan harapan untuk merubah keadaan. Saya sangat memotivasi kaum perempuan agar tidak meninggalkan naluri aslinya sebagai seorang pendidik. Dan sungguh, profesi sebagai ibu yang baik itu bagaikan seseorang menanam benih yang baik, kemudian benih yang ditanam itu tumbuh menjadi tanaman yang kokoh dan bagus karena dirawat dengan baik, dan pada waktunya dipanen, maka tanaman itupun akan menghasilkan buah yang berkualitas baik. Proud of you mom, thank you and you’re always be the best!